Bayangin ini: lu berada di Synchronize Festival, lu berjalan dari arah Lake Stage menuju District Stage. Di tengah lorong besar itu, dari Kaleng Kerupuk, terdengar lantunan lagu yang sudah bertahun - tahun nggak pernah lu dengar lagi. Bukannya lanjut berjalan ke District Stage, kuping lu malah menghanyutkan diri lu ke memori di saat pertama kali lu denger lagu tersebut. Dari sini, kita sadar bahwa musik gak sekedar untuk goofing and having a good time around. Tapi bisa juga untuk menghanyutkan emosi dan mengungkit kembali memori.
Selalu teringat di sela - sela kepala gue, bagaimana musik selalu mengisi setiap part di kehidupan gue. Ibarat film yang hampir tiap scene punya mood dan soundtrack-nya masing - masing, begitulah hidup (atleast hidup gue). Memiliki kenangan tersendiri terhadap musik selalu menjadi bagian yang romantis dalam hidup. Entah, musik secara gak langsung telah menjadi memory card eksternal di hidup gue. Pengalaman sedih, senang, bingung, bahkan pengalaman yang kayak tai-pun selalu punya bagian musiknya masing - masing. Yang bikin sedih dan senang sekaligus adalah, kapanpun lu dengar musik tersebut, lu langsung teringat dan terfokus pada kejadian saat musik itu pertama kali tersimpan di sudut - sudut otak lu sebagai soundtrack-nya, seperti yang gue bilang di atas. Layaknya teman yang 'come and go' begitupula musik yang telah nemenin lu mungkin dari umur lu masih 17 tahun, atau mungkin saat lu masih seumuran pohon jagung itu.
Terekam jelas di bagian dalam otak gue, bagaimana 'Paint it in Black by The Rolling Stones' selalu mengingatkan gue kepada momen berangkat ke sekolah saat umur 5 tahun, pagi hari, mengenakan seragam TKIT Gema Nurani, di jalan sekitaran Tarumajaya menuju arah Pejuang, Bekasi Utara. Selalu terbayang juga gimana serunya kedongkolan perjalanan berangkat ke tempat unpaid internship gue di senin pagi sambil meneriaki lirik Swellow yang berbunyi "Ingin segera pulang, Kurindu tempatku bersandar...". Mungkin lu semua juga bisa ingat dengan jelas bagaimana Sunday Best by The Surfaces menjadi soundtrack di awal masa pandemi?
Lalu kenapa gue, lu, teman lu, kakak lu, atau kita semua bisa ingat dengan memori - memori tersebut yang bahkan kejadiannya sudah terjadi hampir seperempat abad lalu? apakah kita sengaja menghafalnya di dalam otak? apakah ada niatan untuk selalu mengingat memori tersebut? nope. Karena faktanya, semua orang memiliki gaya mengingat secara auditori dan bersamaan dengan fakta bahwa: musik dapat mempengaruhi mood. Musik atau alunan lagu dapat membuat otak mengingat sesuatu karena musik tersebut membantu untuk meningkatkan efisiensi belajar dan mengingat, dan itulah yang biasa disebut dengan music-evoked autobiographical memory. Bahasa awamnya sih sekedar memori yang tercipta secara tidak sengaja oleh musik. Kenapa? Karena musik berpengaruh besar dalam peningkatan emosi dan konsentrasi manusia, hal itu terjadi karena adanya penurunan gelombang otak menjadi gelombang alfa, bersamaan dengan merangsang pelepasan endorfin dan serotonin.
Hal diatas bukan sekedar cuitan Anabel alias analisa gembel, karena pernah dilakukan penelitian tentang koneksi antara musik dan kenangannya oleh Schulkind, Hennis, dan Rubin (1999). Lagu atau musik ternyata mempunyai ikatan terhadap emosi khusus yang dapat membangkitkan memorinya. Contohnya? ketika lu mendengar salah satu lagu kesukaan lu, on the spur of the moment diri lu punya keahlian untuk mengingat setiap detail kejadian yang terjadi saat pertama kali lu mendengarkannya.
Lalu, Secara harfiah soundtrack berarti potongan rekaman audio/musik yang disinkronisasi dengan gambar - gambar untuk mengiringi jalannya film, game, buku, atau acara televisi. Imagine your life as a movie being recorded, with yourself as the main character: Apakah lu rela film yang sedang lu garap ini hanya berisi dialog-konflik-klimaks tanpa adanya sentuhan soundtrack yang mengisi di belakang? tanpa adanya musik yang secara gak langsung menuangkan bumbu - bumbu emosi? Bisa dibilang, hampir semua adegan kehidupan bisa banget dibalut dan dibuat makin josss dengan adanya sentuhan musik. Mungkin lu gak sadar karena terkadang alunan lagu memang terkesan 'Yaudah aja' dan terasa seperti bagaimana mestinya aja, tapi... lu pasti ingat bagaimana sentuhan kecil musik dalam radio mobil bisa mengusir gabut, membuat perjalanan terasa '5 menit doang', bahkan meningkatkan fokus dalam berkendara. Lu juga pasti inget bagaimana sentuhan kecil musik bisa bikin dirilu yang sedang art block tiba-tiba dapat inspirasi dan merasa terpacu kreativitasnya. Hasilnya? Kerjaan jadi lancar, bukan? Atau bahkan sesepele sentuhan kecil musik bebop, liquid DnB, atau folk dapat membantu tubuh dan pikiran untuk rileks. Hasilnya? Minggu sore lu jadi lebih terasa santai dan relax.
Bahkan, kita semua bisa dengan mudah menunjukan, mengekspresikan diri, menggambarkan, dan membuat personal branding di media sosial hanya dengan sentuhan musik. Semudah, ada lagu yang lu sisipkan di post Instagram lu! Begitupun jika lu masih mencari jati diri, dengan musik yang dijadikan soundtrack kehidupan ini, kalian-kalian juga bisa dengan mudah mencari jati diri melalui perjalanan dan musik. Seperti roti dan selai, bunga dan kumbang, romeo dan juliet. beberapa hal dalam hidup, memang ditakdirkan untuk selalu bersama.
Lalu, benarkah hidup butuh soundtrack?
Think about it.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar