Rabu, 13 April 2022

Joyland Festival di tiga hari itu




Bali, festival, musik, teman, kebahagiaan, teriakan, kerinduan, makanan, arak, beer, tawa canda, film, dansa, dan senyuman jadi satu di Joyland Festival yang menghiasi tanah Taman Bhagawan, Nusa Dua dalam tiga hari itu. Langit cerah pinggir pantai itu menandakan pesta siap digelar.

 

DAY – 1

“Ah, ini dia!” gumam gue dalam hati sambil mengambil nafas dalam – dalam dan senyum tipis dari balik masker saat pertama kali gue menginjakkan kaki di dalam area venue, apalagi dengan suara intro The Panturas yang memanggil – manggil dari kejauhan. Huh, ternyata segitu rindunya ya gue sama festival musik di Indonesia. Kapan lagi nonton band Surf Rock asal tanah priangan langsung di bibir pantai? Aksi gemilang mereka mampu membakar kerinduan penduduk Joyland saat itu yang kupingnya sudah lama tidak ditendang dengan suara musik dari sound system yang megah. Dilanjut dengan anggunnya Yura Yunita dengan membawakan hitsnya di atas Joyland Stage, lalu kehadiran bapak Jokowi, Luhut, dan beberapa orang penting lainnya mengejutkan kita semua saat Yura Yunita bermain di atas panggung.

 

Penampilan dari Agrikultur X Rock And Roll Mafia juga cukup membuat orang berdansa kecil di sore hari walaupun gue yakin banyak juga yang belum pernah dengar dua band ini sebelumnya. Tapi, keseruan mereka di atas panggung berhasil menulari kita semua yang ada di bawah.  Panggung yang dibuka dengan suara Fluxcup, Danilla menandakan akan membawakan album teranyar-nya, Pop Seblay! Pembawaan Danilla malam itu memang ngehe banget, apalagi ditambah dengan guyon – guyon yang menyenggol tentang percintaan dan cat calling. Semua berjalan dengan seru dan menyenangkan sampai akhirnya gak berasa hari itu sampai di jamnya band abang – abangan dari IKJ, White Shoes & the Couples Company. Acara pun diakhiri dengan encore yang diamini oleh WSATCC dan Panitia Joyland. Malam itu selesai sudah dengan bahagia dan kepuasan pengunjung.   


DAY – 2

“Selamat datang di mantra – mantra live.” Sapa Kunto Aji yang membuka perhelatan di hari kedua, ia juga mengakui kalau dirinya sedikit gugup karena sudah lama tidak bertemu dengan vibe yang seperti ini, Di hari ini gue pun gak melihat adanya semangat yang redup, malahan pengunjung yang makin memadati setiap penjuru venue Joyland Festival ini. Dilanjut dengan rapper/fashionista/musisi/Medanese, BasBoi! Tak hentinya ia mengucapkan terima kasih kepada Joyland dan rakyatnya karena ini merupakan panggung festival pertamanya selama ia berkecimpung di dunia tarik suara.

 

Hari kedua ini memang sangat menarik, karena selain adanya BasBoi, Joyland juga menyuguhkan Raisa di antara Senyawa, The Sigit, dan The Adams. Tapi yang paling menarik perhatian adalah Senyawa, band asal kota Yogyakarta ini cukup membuat terkesima penonton Joyland yang mungking awam dengan musik eksperimental. Dengan instrument musiknya yang ia ciptakan sendiri, vokal echo dan terkesan dark, beat yang tidak melulu 4/4, dan suguhan yang lainnya, terpantau penduduk joyland sangat menikmati sambil tiduran dan menghadap langit, joget kecil kecil dibalik pohon sambil memegang segelas beer, bahkan ada yang joget dengan kekuatan maksimal seperti kuda yang dilepas pawangnya.

 

Lalu seperti biasa, The Sigit mampu menaikan hormon - hormon testosterone pengunjung festival. Awalnya gue sempet ragu, bakal berubah liar gak ya penonton saat dengar conundrum dari The Sigit nanti? Apalagi ini acara yang nyantai banget konsepnya. Ternyata keraguan gue terbantah langsung di lagu pertama, banyak juga pemuda yang ikut crowd diving dibarengi dengan lick gitar yang suaranya renyah banget di kuping.

 Setelah itu ada Raisa yang cantik, anggun, suaranya bagus, kurang apalagi? Iya, kurang lama untuk tampil di Joyland. Teriakan cewek – cewek yang tidak puas menutup panggung Raisa, menurut mereka Raisa terlalu cepat untuk turun panggung. Tapi apa daya? Stage Manager udah keliatan menggerutu dari kejauhan. Berbarengan dengan turunnya Raisa, gue geser ke tempat paling underground di venue Joyland Festival, Ambruk Stage! Ada MTAD asal kota Solo yang engga tau lagi ngapain di sana, pokoknya mereka bikin Ambruk Stage cukup susah buat ambil nafas.

 

Selesai nyari keringet di Ambruk Stage, gue keluar nyari udara segar khas pinggir pantai sambil ditemenin Marshel Widianto yang lagi cerita tentang sakitnya pantat dia pas ketembak bidet toilet. Sampai akhirnya yang gue tunggu pun keluar, The Adams! Crowd penuh dari depan sampai belakang demi nonton Ale cs. Pelantur menjadi lagu pembuka panggung mereka, menurut gue ini emang lagu yang cocok buat naikin semangat penonton yang abis ketawa sampai lemes karena Marshel tadi, apalagi dengan intro lagu tersebut yang khas banget. Hingga akhirnya konservatif menjadi lagu terakhir panggung mereka, lalu tebakan gue bahwa rakyat Joyland Festival mayoritas berasal dari Jakarta makin kuat saat semua teriak menyanyikan part “Dan angin sedang kencang kencang berhembus…. DI JAKARTAAA~”. Sayangnya permintaan encore dari penonton kali ini tidak diiyakan oleh panitia. Sebel sih, tapi kita semua tetap pulang dengan senyuman karena udah seharian dibikin joget, nyanyi dan seru – seruan di Joyland.

 


DAY – 3

            Nah ini dia, hari yang bakal klimaks banget tapi bakal sedih banget juga. Rasa campur aduk kayak gini udah gue rasain mulai dari pagi hari saat gue membuka mata di kamar hotel. Hari ini waktunya Bedchamber yang membocorkan semangat di sore hari terakhir itu, gak lupa mereka membawakan nomor bertajuk tired eyes, single paling baru yang dikeluarkan melalui La Munai records. Disusul dengan Grrrl Gang di stage yang sama, dua punggawa indie pop ternama ini berhasil menarik pengunjung untuk bernyanyi dan lompat lompat walaupun matahari bisa dibilang masih terik sekali sore itu.

           

 Ketika jam menunjukan pukul 18.00 WITA, saatnya Soulfood sebagai tuan rumah unjuk gigi dengan materinya yang adem banget, apalagi dengan tambahan 3 backing vokal yang bikin set mereka makin nyala. Lalu matahari perlahan tenggelam dan suasana makin gelap, Isyana Sarasvati muncul dari belakang panggung diikuti oleh para pemain additional-nya, semuanya berpakaian serba hitam, gue tau persis kalau isyana bakal coba menggaungkan album Lexicon di set ini. Album yang bertolak belakang dengan persona Isyana yang selama ini dia tuturkan lewat karya – karya manis sebelumnya, gue bertanya dalam hati apakah penonton Isyana Sarasvati yang mayoritas perempuan ini dapat menikmati set album terbarunya? Ternyata dugaan gue meleset, berjibun penonton terlihat menikmati aksi panggung Isyana, bahkan gak sedikit penonton yang ikut bernyanyi di judul Il Sogno dan Untuk Hati Yang Terluka.



Kalau bisa dibilang, hari terakhir nih emang ‘cewek’ banget. Karena diisi dengan musisi yang pasti absen di playlist Spotify para cewek, contohnya seperti Grrrl Gang, Isyana Sarasvati, Maliq & D’essentials sampai Pamungkas. Saat Maliq & D’essentials dan Pamungkas naik panggung, gue sedikit geser ke sebelah pojok kiri venue karena di situ ada booth Guiness Smooth yang saat itu lagi diambil alih oleh WSATCC, Rio Faraby terpantau dari kejauhan sedang memandu karaoke bareng rakyat Joyland Festival yang gak ikut nonton dua band tersebut. The Cure, Morrissey dan kawan kawannya menjadi anthem di pojokan ini, gak heran kenapa banyak banget cowok yang ikut nyanyi nyanyi di sini.

Sayangnya DJ Booth Guinness ini bubar karena hujan tiba tiba dateng dan buat turntable basah, gue pun bergegas masuk ke Ambruk Stage buat neduh dan ngasih makan guilty pleasure gue. Betul, gue nyamperin musisi organ tunggal asal medan, Herman Barus! Semua orang dibikin keringetan dan joget macem pemuda pemudi yang haus akan genjotan dari beat beat menggelikan, kapan lagi bisa nikmatin musik modelan gini tanpa merasa malu dan kena bully polisi skena bukan?

Saat gue intip, ternyata di luar hujan makin deras dan Diskoria baru aja memutar track pertamanya. Persis seperti tebakan gue, hujan gak bakal bisa menghentikan rakyat Joyland Festival untuk bergoyang dan bersenang senang. Semua berkumpul di hadapan stage utama dengan diguyur hujan deras. Apa itu masuk angin? Apa itu gadget kena air? Kelihatannya gak ada yang peduli akan dua hal tersebut, semua orang hanya bisa terus joget dibarengi dengan lagu lagu hasil remix Diskoria walaupun balik dengan keadaan kuyup dan paha ke bawah kotor macem pengunjung Woodstock tahun 60an itu.

Hujan, dansa, senyum, dan nyanyian menghiasi detik – detik terakhir Joyland Festival, bukan hal mudah untuk dilupakan. Saking serunya, gue bahkan sempat bingung mau nulis apa karena susahnya dijelaskan betapa serunya Joyland di tiga hari itu. Terakhir, gue berharap kedepannya makin banyak festival yang berani nampakin batang hidungnya lagi, karena kita kangen banget gak sih sama yang beginian? Setelah Joyland Festival, selanjutnya apa?

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar